Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : « إِنَّ اللَّهَ لاَ
يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ » رواه مسلم
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata: Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ((Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk kalian dan tidak pula
harta-harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati dan
amalan-amalan kalian)). Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya.
Faedah-faedah mulia dalam hadits :
1. Makna hadits:
bahwa Allah tidak membalas seseorang berdasarkan bentuk jasad dan
tidak pula atas harta-harta yang kosong dari kebaikan. Dan itu semua
tidak mendekatkan kepada-Nya. Tidak lain Allah hanya melihat kepada
hati-hati yang itu tempatnya takwa dan melihat amalan-amalan kalian
apakah baik atau tidak (tata caranya).
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ﴿١٣﴾
Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kalian. Q.S. Al-Hujuraat: 13.
2. Bahwa suatu amalan itu bernilai di sisi Allah dengan niat yang ikhlash dan baik bukan dari bentuknya.
Sehingga yang dihukumi adalah niat dari yang beramal. Jika niatnya
ikhlash maka amalan itu amalan yang shalih. Jika niat pelaku amalan itu
tidak ikhlash karena Allah maka amalannya itu rusak walaupun bentuknya
adalah amalan shalih.
3. Hendaknya
seseorang tidak berbangga-bangga dengan banyaknya melakukan amalan
shalih namun tidak ikhlash karena itu tidak bernilai di sisi Allah.
Seseorang yang berinfak dengan nilai yang sedikit disertai ikhlas itu
lebih baik dari seseorang yang berinfak dengan jutaan atau milyaran
rupiah namun itu karena riya'. Sebab, yang pertama tercatat sebagai
amalan shalih dan memberatkan timbangan amal pelakunya sedangkan yang
kedua tidak.
4. Kecantikan itu ada dua: yang zhahir (tampak) dan bathin (tersembunyi).
Kecantikan batin seperti keimanan, ketakwaan, ilmu, akal yang sehat,
kedermawanan, akhlak yang mulia. Inilah yang dilihat oleh Allah dan yang
dicintai-Nya. Sehingga keindahan batin itu lebih baik dari keindahan
zhahir.
5. Keindahan
zhahir seperti harta dan jasmani itu tidak bernilai dan tidak dilihat
oleh Allah kecuali jika digunakan di dalam ketaatan kepada-Nya.
6. Seorang
mukmin yang memiliki kecantikan yang batiniah akan memiliki wibawa dan
disenangi manusia sesuai dengan kadar keimanannya. Barangsiapa yang
melihatnya akan mencintai dan segan kepadanya walaupun ia berkulit hitam
dan tidak tampan atau cantik secara fisik. Dan ini hal yang kita
saksikan di lingkungan kita.
Dan
sebaliknya jika seseorang memiliki keindahan lahiriah namun berakhlak
jelek, pelaku kemaksiatan, dan hal-hal yang terlarang, maka akan dibenci
dan tidak memiliki kewibawaan di hadapan orang mukmin.
7. Jika tempat takwa itu di hati maka tidak ada yang bisa menelaahnya kecuali Allah 'Azza wa Jalla. Orang
yang menampakkan ketakwaaan secara zhahirnya maka itu yang kita hukumi.
Adapun niatnya maka itu antara dirinya dengan Allah Yang Maha
Mengetahui dan Maha Mengawasi segala sesuatu.
8. Sesungguhnya
takwa jika telah ada di hati seseorang maka akan tampak buahnya di
amalan anggota badannya dengan ia istiqamah dan meninggalkan
kemaksiatan. Dan seorang mukmin yang Allah terangi hatinya dengan
iman akan tampak cahaya iman di wajahnya dan akan dikenakan rasa cinta
dan wibawa di hadapan manusia.
9. Di dalam hadits terkandung itsbat (penetapan) sifat nazhar(melihat) bagi Allah yang sesuai dengan keagungan-Nya, tidak sama dengan pandangan makhluk.
10. Jika
Allah tidak melihat kepada bentuk jasad dan harta seseorang lalu
bagaimana kita mengutamakan seseorang dengan sesuatu yang Allah tidak
mengutamakannya dengan hal itu? Seperti mengutamakan orang kaya yang
fasik dari orang miskin yang shalih. Maka seharusnya kita melihat dan
menilai seseorang sebagaimana yang Allah lihat pada seseorang itu yaitu
kebaikan amalan-amalan mereka.
11. Keindahan jasad, pakaian, dan penampilan itu ada 3 macam:
· Yang terpuji,
yaitu yang diperuntukkan bagi Allah untuk menolong kepada ketaatan
kepada-Nya, menunaikan perintah-perintah-Nya dan menjawab seruan-Nya.
Sebagaimana Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dahulunya berhias untuk
menemui utusan-utusan yang datang kepadanya. Juga berpakaian yang baik
di hadapan musuh untuk menunjukkan wibawa kaum muslimin, berbusana yang
indah dan harum ketika menghadiri shalat, dan yang semisalnya yang di
dalamnya terkandung peninggian kalimat Allah, menolong agama-Nya, dan
membuat marah musuh-musuh-Nya.
· Yang tercela,
yaitu yang digunakan untuk dunia, kepemimpinan, berbangga-bangga,
sombong, dan mengantarkan kepada syahwatnya serta ia menjadikan itu
puncak keinginan dan tujuannya.
· Yang tidak terkait dengan pujian dan celaan, yaitu yang lepas dari dua niat dan dua sifat yang tersebut di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar