Apakah Anda termasuk orang yang suka
bercanda? Ataukah Anda adalah orang yang sangat serius dan tidak suka
bercanda? Apakah Anda termasuk orang yang banyak tertawa? Ataukah Anda
termasuk orang yang tidak sering tertawa?
Manusia diciptakan oleh Allah dengan berbagai watak dan
perilaku. Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya orang yang memiliki
watak demikian. Karena tertawa adalah fitrah manusia, yang tidak
diberikan kepada hewan. Apakah pembaca pernah mendapatkan hewan yang
tertawa? Jujur saja penulis sendiri belum pernah mendapatkannya.
Mungkin, kalau pun ada itu hanya terjadi pada momen-momen tertentu dan
sangat jarang sekali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan beberapa nasihat kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, di antara nasihat tersebut adalah perkataan beliau:
(( وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.))
“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.”( HR At-Tirmidzi no. 2305)
Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah tertawa? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tertawa. Banyak hadits yang menunjukkan hal tersebut, di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dalam haditsqudsi yang panjang, Allah ta’ala berkata kepada anak adam:
(( يَا ابْنَ آدَمَ مَا يَصْرِينِى مِنْكَ, أَيُرْضِيْكَ أَنْ أُعْطِيَكَ الدُّنْيَا وَمِثْلَهَا مَعَهَا؟))
“Wahai anak adam! Saya tidak akan menghalangi apa yang engkau inginkan. Apakah engkau ridha jika saya berikan kepada engkau dunia dan ditambah dengan yang semisalnya? “
Anak Adam itu pun berkata:
(( يَا رَبِّ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّيْ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟))
“Wahai Rabb-ku! Apakah Engkau mengejekku, sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?”
Kemudian Ibnu Mas’ud pun tertawa dan berkata, “Mengapa kalian
tidak bertanya kepadaku, mengapa aku tertawa?” Murid-murid Ibnu Mas’ud
pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa?” Beliau menjawab, “Seperti inilah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa. Para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah, ‘Mengapa engkau tertawa, ya Rasulullah?’ Beliau pun menjawab:
(( مِنْ
ضِحْكِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حِيْنَ قَالَ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّيْ
وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ فَيَقُوْلُ إِنِّيْ لاَ أَسْتَهْزِئُ
مِنْكَ وَلَكِنِّيْ عَلَى مَا أَشَاءُ قَادِرٌ.))
‘Karena tawanya Rabb alam semesta ketika dia (anak adam) berkata: Apakah Engkau mengejekku sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?’ Kemudian Allah berkata, ‘Sesungguhnya Aku tidak mengejekmu, tetapi semua yang Aku inginkan Aku mampu.’.”(HR Muslim no. 310)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadits
di atas melarang seseorang untuk banyak tertawa dan bukan melarang
seseorang untuk tertawa. Tertawa yang banyak dan berlebih-lebihanlah
yang mengandung celaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bercanda. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, para sahabat pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
( يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّكَ تُدَاعِبُنَا )
“Ya Rasulullah! Sesungguhnya engkau sering mencandai kami.”
Beliau pun berkata:
(( إِنِّيْ لاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًّا.))
“Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali yang haq (benar).”HR At-Tirmidzi no. 1990
Di antara canda-canda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tercantum pada dua hadits berikut:
Hadits 1
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ –صلى الله عليه وسلم– فَقَالَ: ( يَا رَسُوْلَ اللَّهِ احْمِلْنِى.) قَالَ النَّبِىُّ –صلى الله عليه وسلم-: (( إِنَّا حَامِلُوكَ عَلَى وَلَدِ نَاقَةٍ )). قَالَ: (وَمَا أَصْنَعُ بِوَلَدِ النَّاقَةِ؟) فَقَالَ النَّبِىُّ –صلى الله عليه وسلم-: (( وَهَلْ تَلِدُ الإِبِلَ إِلاَّ النُّوقُ.))
Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwasanya seseorang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pun berkata, “Ya Rasulullah! Angkatlah saya (ke atas onta)!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun mengatakan, “Sesungguhnya kami akan mengangkatmu ke atas anak
onta.” Lelaki itu pun berkata, “Apa yang saya lakukan dengan seekor anak
onta?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankan onta-onta perempuan melahirkan onta-onta?”(HR Abu Dawud no. 5000 dan At-Tirmidzi no. 1991)
Beliau mencandai orang tersebut dengan menyebut ontanya dengan
anak onta. Orang tersebut memahami perkataan beliau sesuai zahirnya,
tetapi bukankah semua onta yang ada adalah anak-anak dari ibu onta?
Hadits 2
عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: أَتَتْ عَجُوزٌ إِلَى النَّبِيِّ –صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ–، فَقَالَتْ: (يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ) فَقَالَ: ((يَا أُمَّ فُلاَنٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لاَ تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ.)) قَالَ: فَوَلَّتْ تَبْكِي فَقَالَ: (( أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لاَ تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ : { إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً 0فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا 0عُرُبًا أَتْرَابًا } )).
Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia
memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu!
Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun
pergi sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala
mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka
(Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka
gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqi’ah)
Jika kita perhatikan hadits–hadits di atas, maka kita akan mendapatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda pada beberapa keadaan tertentu, tetapi canda beliau tidak mengandung kedustaan dan selalu benar.
Orang yang terlalu serius dan selalu terlihat tegang dan kaku,
kehidupannya akan terasa sangat penat dan suntuk. Orang jenis ini
seharusnya memasukkan canda di dalam hidupnya sehingga terhindar dari
pengaruh buruk tersebut.
Sebaliknya orang yang terlalu sering bercanda, maka sebaiknya
dia belajar untuk dapat melatih lisannya agar bisa terbiasa diam dan
hanya berbicara pada hal-hal yang bermanfaat saja.
Seorang penyair terkenal, Abul-Fath Al-Busti rahimahullah pernah mengatakan:
أَفْدِ طَبْعَك الْمَكْدُودَ بِالْجِدِّ رَاحَةً يُجَمُّ وَعَلِّلْهُ بِشَيْءٍ مِنْ الْمَزْحِ
وَلَكِنْ إذَا أَعْطَيْتَهُ الْمَزْحَ فَلْيَكُنْ بِمِقْدَارِ مَا تُعْطِي الطَّعَامَ مِنْ الْمِلْحِ
Berikanlah istirahat pada tabiat kerasmu yang serius
Dirilekskan dulu dan hiasilah dengan sedikit canda
Tetapi jika engkau berikan canda kepadanya, jadikanlah ia
Seperti kadar engkau memasukkan garam pada makanan
Layaknya makanan, apabila tidak diberi garam maka dia akan
terasa hambar. Akan tetapi, jika terlalu banyak diberikan garam, maka
tidak akan enak untuk dimakan.
Sesuatu yang berlebih-lebihan, kebanyakan akan membawa dampak
buruk. Sama halnya dengan bercanda dan tertawa. Apabila terlalu sering
bercanda dan tertawa, maka akan mengakibatkan banyak keburukan.
Di antara keburukan-keburukan orang yang sering bercanda dan tertawa adalah sebagai berikut:
- Hatinya menjadi mati, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Jika hati seseorang mati, maka akan berakibat buruk baginya, di
antaranya: Bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan,
serta meremehkan suatu kemaksiatan, tidak terpengaruh hatinya dengan
ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan, tidak terpengaruh hatinya dengan
berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allah, bertambahnya
kecintaannya terhadap dunia dan mendahulukannya atas akhirat, tidak
tenang hatinya dan selalu merasa gundah, bertambahnya dan meningkatnya
kemaksiatan yang dilakukannya, tidak mengenal atau tidak membedakan
perbuatan ma’ruf dan munkar dll
- Menyibukkan diri sehingga tidak mengerjakan hal-hal yang bermanfaat dan tidak memiliki wibawa
Oleh karena itu Imam Al-Mawardi pernah mengatakan:
وَأَمَّا
الضَّحِكُ فَإِنَّ اعْتِيَادَهُ شَاغِلٌ عَنْ النَّظَرِ فِي الْأُمُورِ
الْمُهِمَّةِ ، مُذْهِلٌ عَنْ الْفِكْرِ فِي النَّوَائِبِ الْمُلِمَّةِ.
وَلَيْسَ لِمَنْ أَكْثَرَ مِنْهُ هَيْبَةٌ وَلَا وَقَارٌ، وَلَا لِمَنْ وُصِمَ بِهِ خَطَرٌ وَلَا مِقْدَارٌ.
…Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak
tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat
hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan
memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu
tidak akan memiliki kedudukan dan martabat,
- Menimbulkan permusuhan secara tidak sengaja dan lain-lain.
Bercanda pun memiliki adab-adab. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kita memperhatikan adab-adab tersebut. Di antara adab-adab
bercanda adalah sebagai berikut:
- Tidak boleh ada kedustaan di dalam canda tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
( وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.)
“Celakalah
orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa
karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.”(HR Abu Dawud no. 4990)
Di zaman sekarang ini, banyak orang yang bekerja sebagai pelawak.
Kebanyakan mereka tidak bisa menjaga lisannya dari kedustaan. Oleh
karena itu, sebaiknya mereka segera mencari pekerjaan lain yang
benar-benar terhindar dari hal yang diharamkan.
Begitu pula kepada para muballigh yang gemar membuat orang tertawa,
sudah sepantasnya isi ceramahnya jangan mengada-ada, harus ilmiah dan
memiliki rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan.
- Tidak boleh ada unsur penghinaan atau pelecehan terhadap agama Islam
{ وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ
أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا
تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ
طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66) }
“ (65)
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan
itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (66) Tidak usah
kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. jika kami memaafkan
segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab
golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu
berbuat dosa.” (QS At-Taubah : 65-66)Di
zaman sekarang ini, banyak orang yang suka mengejek ajaran agama Islam
dan menjadikannya sebagai bahan lelucon. Sebagai contoh: penghinaan
terhadap jenggot dan mengatakan orang yang memanjangkan jenggotnya
seperti kambing, penghinaan terhadap jilbab dan mengatakan itu hanya
pakaian orang gurun, penghinaan terhadap cadar dan mengatakan bahwa itu
ciri-ciri teroris, penghinaan terhadap orang yang tidak isbal
(mengenakan kain di bawah mata kaki) dan mengatakan bahwa orang itu
kebanjiran dan lain-lain.
Berdasarkan ayat di atas orang yang menghina ajaran Islam terancam
untuk keluar dari agama Islam, disadari maupun tidak. Oleh karena itu,
jangan sampai kita menganggap remeh permasalahan-permasalahan seperti
ini.
- Tidak boleh ada unsur ghibah dan peremehan terhadap seseorang, suku atau bangsa tertentu
{ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ
يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ
خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا
بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ
يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11) }
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiridan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka
Itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Hujurat: 11)
- Tidak boleh mengambil barang orang lain, meskipun bercanda
(( لاَ يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا وَلاَ جَادًّا.))
“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.”(HR Abu Dawud no. 5003)
Meskipun bercanda, mengambil barang teman dengan tujuan
menyembunyikan dan membuat dia bingung, hal tersebut tidak diperkenankan
di dalam agama Islam.
- Tidak boleh menakut-nakuti orang lain.
(( لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا.))
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.”(HR Abu Dawud no. 5004)
- Tidak boleh menghabiskan waktu hanya untuk bercanda
(( مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ.))
“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.”( HR At-Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Majah no. 3976).
- Tidak boleh berbicara atau melakukan hal-hal yang melanggar
syariat, seperti: menyebutkan ciri-ciri wanita yang tidak halal baginya
kepada orang lain, menipu, melaknat dll.
Demikianlah beberapa penjelasan tentang canda dan tawa yang
tercela dan yang diperbolehkan. Mudah-mudahan kita semua dapat
mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.