Rabu, 29 April 2015

GUNAKAN FB UNTUK MENEBAR KEBAIKAN

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Seseorang mati karena tersandung lidahnya
Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya
Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya
Sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.
(Ali bin Abi Thalib ra)


Allah Swt Berfirman :
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوولًا
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban.’ (QS. Al-Isra’:36)


Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” ( Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)


إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya


Allah Swt Berfirman :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka:“Janganlah kamu membuat bencana dan kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: ”Sesungguhnya kami orang-orang yang hanya membuat kebaikan”. Ketahuilah! Bahwa sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang sebenar-benarnya membuat bencana dan kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.(QS Al-baqarah 11-12)


وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلّهِ فَإِنِ انتَهَواْ فَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِينَ
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (Al-QS Baqarah : 193)


Saudara Muslimku semua yuk kita hindari fitnah, maksiat, dan Riya'
karena apa yang telah Allah Firmankan dan Rasuullah sabdakan sudahlah cukup jelas,,tidak lah baik bagi kita jika masih mengerjakan fitnah maksat dan riya,,walaupun itu hanya di fb,,,dan semua sebaiknya segera kita hindari dan jangan di ulangi lagi,,yuk bertobat sebelum terlambat,,,kita benahi kembali apa yg telah kita perbuat,,baik di dunia nyata ataupun di dunia maya (FB),,karena segala sesuatu yg tdk baik (musibah) berawal dari perbuatan tangan tangan kita sendiri


Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).(QS As Syura 30)

Saudaraku semua,,yuk kita benahi kekurangan demi kekurangan yg ada pada diri kita masing masing,,,dan ingatlah gunakan FB untuk menebar KEBAIKAN,,,
Dan ingat bahwa malaikat malaikat Allah selalu mengawasi kita,,


مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.’ (QS. Qaf :18)

Senin, 27 April 2015

Suami yang BAIK adalah yang taat pada ALLAH dan memuliakan ISTRI_nya

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Sebaik-baik wanita adalah yang taat pada Allah dan patuh pada suaminya..
Dan sebaik-baik lelaki adalah yang taat pada Allah dan memuliakan isterinya..


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Ahmad)


“Sebaik-baik kalian, adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya, dan Aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmizi)

“Laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi keluarganya dan kelak ia akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang mereka.” (HR. Al-Bukhari)
“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (An-Nisa: 19)

Lelaki terindah di mata wanita bukanlah yang paling tampan wajahnya; melainkan yang bisa membuatnya merasa sang tercantik di dunia.

Lelaki tergagah di hati wanita bukanlah yang paling kekar ototnya, melainkan yang mampu mendengar, memahami, dan mengerti curahan hatinya.

Lelaki terkaya bagi wanita, bukanlah yang terbanyak hartanya. Tapi dia yang pandai bersyukur dan mengungkapkan terimakasih padanya.

Lelaki tershalih bagi wanita, tak sekedar banyak ilmu agama dan rajin ibadahnya; tapi juga dia yang paling mulia akhlaqnya.

Lelaki terhebat bagi wanita, bukanlah yang mampu membelikan apapun untuknya; tapi yang wajah dan bahunya siap menyambut senyum dan airmata.




Yuk kita tobat,,,Ajal tidaklah menunggu kita

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Hidup, rezeki, dan jodoh, ajal bisa datang kapan, di mana, dan kepada siapa saja. Oleh karenanya, agama menganjurkan kita untuk selalu bertobat jika sewaktu-waktu kita dipanggil oleh-Nya.
Setiap manusia tidak akan pernah tahu kapan ia akan dipanggil oleh Sang Kuasa. Seperti halnya hidup, rezeki, dan jodoh, ajal bisa datang kapan, di mana, dan kepada siapa saja. Oleh karenanya, agama menganjurkan kita untuk selalu bertobat agar jika sewaktu-waktu kita dipanggil oleh-Nya, kita sudah memiliki “tabungan” masa depan.
Manusia memang gudangnya dosa. Hal terkecil pun—selagi itu tidak sejalan dengan agama, sudah pasti akan menimbulkan dosa. Namun, Allah Maha Pengampun. Kita —secara sengaja atau pun tidak—yang telah melakukan dosa/kesalahan, masih bisa mendapatkan ampunan jika benar-benar bertobat.
Mungkin kita sering mendengar segelintir orang mengatakan bahwa ia akan bertobat ketika sudah kaya. Atau ia akan bertobat setelah nazarnya terpenuhi. Padahal ajal belum tentu menunggu pertobatan seseorang.
Berbekal hal itu, janganlah ragu untuk segera bertobat. Bersimpuh dan memohon ampunan-Nya atas segala khilaf dan dosa di keseharian. Allah pun berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).
Lantas, bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda memohon ampunan dan bertobat kepada-Nya?







Dengan NIAT baik di catat satu KEBAIKAN

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Sebagian kita barangkali belum mengetahui bahwasanya dengan niatan saja untuk beramal (maksudnya: tekad) kuat namun tidak jadi mengamalkan karena suatu sebab, itu sudah bernilai pahala dan dicatat satu kebaikan. Bagaimana halnya jika sampai diamalkan. Hal ini menunjukkan bahwa hendaklah kita bersemangat dalam kebaikan, bahkan bertekad kuat untuk melakukan banyak amalan sholih.
Dalam hadits qudsi, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, diriwayatkan dari Allah Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ
Sesungguhnya Allah mencatat berbagai kejelekan dan kebaikan lalu Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia penuhi dengan melakukannya, maka Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak.” (HR. Bukhari no. 6491 dan Muslim no. 130)
Ibnu Rajab Al Hambali berkata, “Yang dimaksud ‘hamm’ (bertekad) dalam hadits di atas adalah bertekad kuat yaitu bersemangat ingin melakukan amalan tersebut. Jadi niatan tersebut bukan hanya angan-angan yang jadi pudar tanpa ada tekad dan semangat.”(Jaami’ul Ulum wal Hikam, 2: 319)
Perihal bertekad dalam beramal di sini, kita dapat melihat pada hadits lainnya,

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ
Barangsiapa yang berdo’a pada Allah dengan jujur agar bisa mati syahid, maka Allah akan memberinya kedudukan syahid walau nanti matinya di atas ranjangnya.” (HR. Muslim no. 1908).
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنِ امْرِئٍ تَكُونُ لَهُ صَلاَةٌ بِلَيْلٍ فَغَلَبَهُ عَلَيْهَا نَوْمٌ إِلاَّ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَجْرَ صَلاَتِهِ وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ
Tidaklah seseorang bertekad untuk bangun melaksanakan shalat malam, namun ketiduran mengalahkannya, maka Allah tetap mencatat pahala shalat malam untuknya dan tidurnya tadi dianggap sebagai sedekah untuknya.” (HR. An Nasai no. 1784, shahih menurut Syaikh Al Albani).
Abud Darda’ berkata, “Barangsiapa mendatangi ranjangnya, lantas ia berniat ingin shalat malam. Sayangnya, tidur telah mengalahkannya hingga ia bangun ketika shubuh, maka akan dicatat sebagai kebaikan apa yang ia niatkan.” (HR. Ibnu Majah secara marfu’. Ad Daruquthni berkata bahwa hadits ini mawquf. Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 319). Perkataan Abud Darda’ ini semakna dengan hadits ‘Aisyah di atas.
Sa’id bin Al Musayyib berkata, “Barangsiapa bertekad melaksanakan shalat, puasa, haji, umrah atau berjihad, lantas ia terhalangi melakukannya, maka Allah akan mencatat apa yang ia niatkan.”
Abu ‘Imran Al Juwani berkata, “Malaikat pernah berseru: catatlah bagi si fulan amalan ini dan itu.” Lantas ia berkata, “Wahai Rabbku, sesungguhnya si fulan tidak beramal apa-apa.” Lantas dijawab, “Ia mendapatkan yang ia niatkan (tekadkan).”

Hadits berikut pun bisa jadi renungan bahwasanya setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan walau ia tidak sampai beramal asal sudah punya tekad yang kuat untuk beramal. Dari Abu Kabsyah Al Anmariy, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالاً وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِى فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِى مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِى مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لاَ يَتَّقِى فِيهِ رَبَّهُ وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلاَ يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِى مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
“Dunia telah diberikan pada empat orang:
Orang pertama, diberikan rizki dan ilmu oleh Allah. Ia kemudian bertakwa dengan harta tadi kepada-Nya, menjalin hubungan dengan kerabatnya, dan ia pun tahu kewajiban yang ia mesti tunaikan pada Allah. Inilah sebaik-baik kedudukan.
Orang kedua, diberikan ilmu oleh Allah namun tidak diberi rizki berupa harta oleh Allah. Akan tetapi ia punya niat yang kuat (tekad) sembari berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku akan beramal seperti  si fulan.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Pahalanya pun sama dengan orang yang pertama.
Orang ketiga, diberikan rizki oleh Allah berupa harta namun tidak diberikan ilmu. Ia akhirnya menyia-nyiakan hartanya tanpa dasar ilmu, ia pun tidak bertakwa dengan harta tadi pada Rabbnya dan ia juga tidak mengetahui kewajiban yang mesti ia lakukan pada Allah. Orang ini menempati sejelek-jelek kedudukan.
Orang keempat, tidak diberikan rizki oleh Allah berupa harta maupun ilmu. Dan ia pun berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan berfoya-foya dengannya.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Dosanya pun sama dengan orang ketiga.” (HR. Tirmidzi no. 2325, shahih kata Syaikh Al Albani).




Sabtu, 25 April 2015

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Jangan jadikan usia yang sudah tua sebagai alasan untuk tidak belajar.


أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ

Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat

Menuntut ilmu agama adalah amalan yang amat mulia. 
Lihatlah keutamaan yang disebutkan oleh sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuTuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah).

Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Al-Thabrani)

Tidak ada kata terlambat untuk belajar,,karena tanpa belajar kita akan menjadi bodoh,
dan
Kebodohan adalah salah satu sebab utama seseorang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kefasikan, bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, no. 224, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah).
Demikian juga Allah Ta’ala memerintahkan kepada umat untuk bertanya kepada ulama mereka. Firman Allah,
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka, tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. al-Anbiya: 7).


Dari Abud Darda` radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ، وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak.” (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683)



 The choice is yours,but your choice is your life. 
Hidup adalah sebuah pilihan,apa yang anda pilih akan menjadi hidup anda.

Bila kita berhenti belajar ,maka dihari tua kita akan jadi beban anak cucu.Murung dan tidak memiliki gairah hidup. Anda pilih yang mana?

Kamis, 23 April 2015

Penyesalan Tiada Berguna



Bismillahirrahmanirrahim
 Dalam sebuah Hadist shahih Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallama pernah bersabda:
نِعْمَتَانِ مَعْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
 “Ada dua nikmat, dimana banyak orang yang terlena karena keduanya. Yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Ibnul Jauzi berkata: “Adakalanya orang itu sehat, tetapi tidak punya waktu luang. Dan Adakalanya seseorang itu punya waktu luang dan berbadan sehat, tapi ia malas melakukan ketaatan kepada Allah, maka keduanya termasuk orang yang merugi.
Apabila terkumpul pada diri seseorang itu nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang, lalu ia tidak mampu mempergunakan dua nikmat itu untuk mengerjakan sesuatu yang mendatangkan kemanfaatan di dunia maupun di akhirat, berarti ia telah tertipu dan merugi dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Karena itu, Allah Ta’ala menyebut hari kiamat dengan Yaum At-Taghabun (hari di tampakkanya kesalahan-kesalahan) : “(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan…” (At-Taghabun [64] : 9)
            Artinya, setiap orang akan ditampakkan kesalahan dan kerugiannya. Orang kafir akan mengalami kerugian, karena ia tidak mau beriman kepada Allah Ta’ala. Dan orang mukmin juga akan ditampakkan kerugiannya, karena ia tidak dapat memanfaatkan sebagian waktu yang dilewatinya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah.
           Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda :
” لَيْسَ يَتَحَسَّرُ أَهْلُ الْجَنَّةِ إِلَّا عَلَى سَاعَةٍ مَرَّتْ بِهِمْ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيهَا “
“Penghuni surga itu tidak akan mengalami penyesalan, kecuali penyesalan atas waktu yang telah mereka lewati, dan mereka tidak dapat mempergunakan waktu itu untuk mengingat Allah.”
            Inilah bentuk penyesalan yang dialami oleh penghuni surga, lantaran mereka tidak mampu mempergunakan waktu untuk mengingat nama Allah. Lantas, bagaimana menyesalnya orang yang telah menghabiskan waktunya berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun selama hidupnya untuk bermaksiat kepada Allah dan untuk mengumbar syahwat dalam lembah-lembah kemaksiatan? Tentu, kerugian dan penyesalan justru akan lebih besar dan lebih hebat lagi.
            Maka dari itu, hendaknya setiap orang senantiasa mengingat-ingat sabda Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallama yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud :
لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Pada hari kiamat nanti telapak kaki manusia tidak akan bergeser dari sisi Rabbnya, sampai ia ditanya tentang lima perkara, yakni tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan, dan tentang waktu mudanya dalam hal apa ia sia-siakan, tentang hartanya darimana ia memperolehnya dan dalam hal apa ia belanjakan, dan apa yang telah ia perbuat dari ilmunya.”
Dunia merupakan ladang akhirat dan di dalamnya terdapat bisnis yang keuntungannya hanya bisa terlihat di akhirat nanti. Barangsiapa menggunakan kesehatan dan waktu luangnya dalam rangka taat kepada Allah, maka ia termasuk orang yang beruntung.” Oleh karena itu, jangan sampai kita menyesal setelah segala sesuatunya tidak berarti lagi, penyesalan yang tiada guna dan  tiada arti. Apabila tidak dari sekarang kita beramal membekali diri, niscaya akan sangat banyak bentuk penyesalan yang akan kita alami.
Di antara penyesalan itu adalah:
1. Penyesalan pada saat Kiamat Kecil
Kiamat kecil yang dialami manusia adalah kematian. Seseorang mulai menyesal ketika detik-detik akhir usianya dan meyakini nyawanya tidak lama lagi keluar dari tubuhnya. Seperti, apa yang Allah firmankan:
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
“Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabb-mulah pada hari itu kamu dihalau.” [QS. Al-Qiyamah (75): 28-30]
Saat itu, ia ingat ribuan jam yang tidak ia gunakan untuk taat kepada Allah dan ia berharap dikembalikan ke dunia untuk beramal shalih. Itulah penyesalan pertama seseorang. Ia berharap diberi kesempatan kembali ke dunia untuk beramal shalih. Ia lupa dirinya sedang berbicara dengan Dzat yang mengetahui mata yang berkhianat dan apa yang dirahasiakan hati. Allah telah mengetahui kebohongannya. Andai ia dikembalikan ke dunia, ia pasti bermaksiat lagi dan malas mengerjakan kebaikan. Karena itu, permintaannya dijawab dengan jawaban yang tegas.
حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ {100}
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata:”Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan”. [QS. Al-Mu’minun (23): 99-100].
2. Penyesalan Karena Salah Memilih Sahabat
Penyesalan seperti ini terjadi ketika seseorang di akhirat melihat sahabat karibnya menelantarkan dirinya dan tidak berdaya membelanya di sisi Allah. Saat-saat ngobrol, canda dan tawa, begadang, pesta pora di meja judi dan minum-minuman keras waktu di dunia. Mereka semua tidak dapat menyelamatkan diri dari kondisi yang ia hadapi nanti di akhirat. Walaupun ketika di dunia mereka saling tolong menolong, dalam perbuatan dosa. Ia lihat penghuni neraka yang paling ringan siksanya ialah orang yang dua bara diletakkan di atas telapak kakinya, lalu otaknya mendidih. Penghuni neraka itu mengira tidak ada orang yang lebih berat siksanya dari dirinya. Padahal, ia penghuni yang paling ringan siksanya. Saat itulah…
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً {27}
 يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلاَنًا خَلِيلاً {28}
 لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإِنسَانِ خَذُولاً {29}
“Dan ingatlah hari ketika orang yang zalim itu menggigit kedua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan menjadi teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari al-Qur’an ketika telah datang kepadaku. Dan syetan itu tidak akan menolong manusia.”
Ditafsirkan bahwa: “Ia tidak hanya menggigit satu tangan tetapi menggigit kedua tanganya secara bergantian atau menggigit kedua tangannya sekaligus karena begitu beratnya penyesalan itu. Hal itu adalah gerakan yang menggambarkan kondisi kejiwaan yang terlihat nyata. Dan itulah akibat karena bersahabat dengan teman-teman yang jahat dan memusuhi orang-orang yang shaleh di dunia”. (Sayyid Quttub)
3. Penyesalan Saat Amal Diperlihatkan
Ketika buku catatan amal perbuatan dibagikan dan manusia melihat seluruh perbuatannya, tiba-tiba pelaku maksiat terkejut bukan kepalang, saat melihat isi buku itu. Ternyata, buku itu menulis semua kata yang ia ucapkan puluhan tahun yang silam dan merekam seluruh perbuatan maksiat yang ia kerjakan di balik pintu kokoh dan kegelapan malam. Saat itu, Ia berteriak dengan penuh penyesalan.
مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَيُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلاَكَبِيرَةً إِلآ أَحْصَاهَا
Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.” [QS. Al-Kahfi (18): 49]
Ia lupa kalau ia disertai malaikat yang selalu mencatat kemaksiatan dan kebaikan walaupun sebesar dzarrah. Ia berharap mati saja daripada melihat konsekuensi siksa yang sudah menanti. Ia pun ingat bahwa ternyata harta, jabatan dan kekuasaan yang ia kira bermanfaat baginya, semua itu sama sekali tidak berguna baginya saat sekarang. Sekarang yang bisa menyelamatkannya ini hanyalah amal sholeh dan rahmat Allah:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَالَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ {25} وَلَمْ أَدْرِ مَاحِسَابِيَهْ {26} يَالَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ {27} مَآأَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ {28} هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ {29}
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:”Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku”. (QS. Al Haaqqah [69]: 29).
            Di dunia dulu ia ingin hidup selama mungkin, sekarang di akhirat kita lihat dia ingin mati saja. Bentuk-bentuk penyesalan pada saat itu beragam. Setiap kali pelaku maksiat melihat satu bentuk siksaan, maka ia akan ingat waktu yang dulu ia sia-siakan yang ia tidak gunakan untuk ta’at kepada Allah serta beribadah kepada-Nya.
 4. Penyesalan saat Neraka di datangkan
Rasulullan sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda; “Ketika itu neraka akan didatangkan dengan tujuh puluh ribu tali kekang. Dan pada setiap tali kekangnya terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya. (HR. Muslim).
Ia akan mendengar dengusan nafas dan kemarahan neraka Jahannam saat berteriak dengan teriakkan menakutkan; “Apakah masih ada tambahan untukku? Apakah masih ada tambahan untuk penghuniku?”. Ketika itu pelaku maksiat ingat saat-saat berlaku maksiat, malas, dan menunda-nunda amal shaleh, menipu Allah dengan tobat palsu, dan waktu –waktu yang hilang dengan sia-sia. Tapi..sekali lagi nostalgia kenangan itu tidak ada gunanya. Saat itulah ia akan berkata; “Alangkah baiknya kiranya aku dulu mengerjakan amal shaleh untuk hidupku ini”. Kita lihat terdapat kesedihan yang mendalam di balik harapan itu, dan inilah kondisi yang paling menyakitkan yang dirasakan seseorang di akhirat kelak.
5. Penyesalan Saat Berdiri di Neraka
Allah berfirman:
وَلَوْ تَرَىإِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَالَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَنُكَذِّبُ بِئَايَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata:”Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”. (tentulah kami melihat suatu peristiwa yang mengharukan).”  [QS. Al-An’am (6): 27]
Sungguh aneh, ketika di akhirat orang-orang itu berkata, “Wahai seandainya kami menjadi orang-orang beriman.” Padahal, mereka dahulu memerangi para pendakwah islam, pendakwah kalimat tauhid dan melecehkan siapa saja yang mengajak kepadanya. Kenapa kini, di akhirat, mereka berharap ingin menjadi orang-orang beriman? Kenapa itu baru terlontar sekarang dan tidak di dunia dahulu? Itulah kemunafikan yang menempel pada mereka, kendati mereka berdiri di depan neraka menyaksikan kedahsyatannya.
Selanjutnya bentuk penyesalan yang akan kita alami, apabila kita tidak menggunakan waktu dengan ketaatan kepada Allah adalah
6. Penyesalan Setelah Dilempar ke Neraka
Allah berfirman:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَآ أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ وَقَالُوا رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ رَبَّنَآ ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: ’Alangkah baiknya, andaikata kami ta’at kepada Allah dan ta’at (pula) kepada Rasul dan mereka berkata: “Ya Rabb Kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. [QS. Al-Ahzab (33): 66-68].
            Ibnu Katsir berkata; “Maksudnya mereka di seret di neraka dengan kepala terbalik dan wajah mereka di bolak-balikkan di Jahannam. Dan mereka berharap di kembalikan ke dunia, agar mereka akan bersama orang-orang yang taat.
Sekarang mereka baru tahu, ternyata jalan yang dahulu mereka tempuh adalah jalan yang salah, sebab mereka mengikuti tokoh-tokoh mereka yang berjalan di jalan setan, jalan yang bertentangan dengan jalan Islam, jalan al-Qur’an, jalan sunnah Rasulullah . Nanti di akhirat, mereka berani mengutuk pemimpin-pemimpin mereka dan bicara kepada mereka dengan bahasa lantang, sebelumnya di dunia mereka hidup sebagai pengecut, hina tidak berani mengatakan kebenaran dan tidak punya nyali menolak kemungkaran, walaupun dia tahu bahwa semua itu jelas-jelas bukan jejak dan perilaku Rasulullah   dan orang –orang yang beliau muliakan. Setelah mereka dilemparkan ke neraka dan merasakan siksanya, perasaan mereka yang tadinya membeku itu hidup kembali dan mereka menyesal kenapa tidak mengikuti jalan Allah dan Rasul-Nya sholallohu ‘alaihi wa sallama . Tapi, waktu untuk itu, sudah tidak ada lagi, karena di dunia inilah semua ujian itu harus dihadapi dan disikapi, bukan di akhirat.