Bismillahirrahmanirrahim
نِعْمَتَانِ مَعْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat, dimana banyak orang yang terlena karena keduanya. Yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Ibnul Jauzi berkata: “Adakalanya orang itu sehat, tetapi tidak punya waktu luang. Dan Adakalanya seseorang itu punya waktu luang dan berbadan sehat, tapi ia malas melakukan ketaatan kepada Allah, maka keduanya termasuk orang yang merugi.
Apabila terkumpul pada diri seseorang itu nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang, lalu ia tidak mampu mempergunakan dua nikmat itu untuk mengerjakan sesuatu yang mendatangkan kemanfaatan di dunia maupun di akhirat, berarti ia telah tertipu dan merugi dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Karena itu, Allah Ta’ala menyebut hari kiamat dengan Yaum At-Taghabun (hari di tampakkanya kesalahan-kesalahan) : “(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, Itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan…” (At-Taghabun [64] : 9)
Artinya, setiap orang akan ditampakkan kesalahan dan kerugiannya. Orang kafir akan mengalami kerugian, karena ia tidak mau beriman kepada Allah Ta’ala. Dan orang mukmin juga akan ditampakkan kerugiannya, karena ia tidak dapat memanfaatkan sebagian waktu yang dilewatinya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah.
Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda :
” لَيْسَ يَتَحَسَّرُ أَهْلُ الْجَنَّةِ إِلَّا عَلَى سَاعَةٍ مَرَّتْ بِهِمْ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيهَا “
“Penghuni surga itu tidak akan mengalami penyesalan, kecuali penyesalan atas waktu yang telah mereka lewati, dan mereka tidak dapat mempergunakan waktu itu untuk mengingat Allah.”
Inilah bentuk penyesalan yang dialami oleh penghuni surga, lantaran mereka tidak mampu mempergunakan waktu untuk mengingat nama Allah. Lantas, bagaimana menyesalnya orang yang telah menghabiskan waktunya berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun selama hidupnya untuk bermaksiat kepada Allah dan untuk mengumbar syahwat dalam lembah-lembah kemaksiatan? Tentu, kerugian dan penyesalan justru akan lebih besar dan lebih hebat lagi.
Maka dari itu, hendaknya setiap orang senantiasa mengingat-ingat sabda Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallama yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud :
لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Pada hari kiamat nanti telapak kaki manusia tidak akan bergeser dari sisi Rabbnya, sampai ia ditanya tentang lima perkara, yakni tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan, dan tentang waktu mudanya dalam hal apa ia sia-siakan, tentang hartanya darimana ia memperolehnya dan dalam hal apa ia belanjakan, dan apa yang telah ia perbuat dari ilmunya.”
Dunia merupakan ladang akhirat dan di dalamnya terdapat bisnis yang keuntungannya hanya bisa terlihat di akhirat nanti. Barangsiapa menggunakan kesehatan dan waktu luangnya dalam rangka taat kepada Allah, maka ia termasuk orang yang beruntung.” Oleh karena itu, jangan sampai kita menyesal setelah segala sesuatunya tidak berarti lagi, penyesalan yang tiada guna dan tiada arti. Apabila tidak dari sekarang kita beramal membekali diri, niscaya akan sangat banyak bentuk penyesalan yang akan kita alami.
Di antara penyesalan itu adalah:
1. Penyesalan pada saat Kiamat Kecil
Kiamat kecil yang dialami manusia adalah kematian. Seseorang mulai menyesal ketika detik-detik akhir usianya dan meyakini nyawanya tidak lama lagi keluar dari tubuhnya. Seperti, apa yang Allah firmankan:
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ
“Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabb-mulah pada hari itu kamu dihalau.” [QS. Al-Qiyamah (75): 28-30]
Saat itu, ia ingat ribuan jam yang tidak ia gunakan untuk taat kepada Allah dan ia berharap dikembalikan ke dunia untuk beramal shalih. Itulah penyesalan pertama seseorang. Ia berharap diberi kesempatan kembali ke dunia untuk beramal shalih. Ia lupa dirinya sedang berbicara dengan Dzat yang mengetahui mata yang berkhianat dan apa yang dirahasiakan hati. Allah telah mengetahui kebohongannya. Andai ia dikembalikan ke dunia, ia pasti bermaksiat lagi dan malas mengerjakan kebaikan. Karena itu, permintaannya dijawab dengan jawaban yang tegas.
حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ {100}
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata:”Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan”. [QS. Al-Mu’minun (23): 99-100].
2. Penyesalan Karena Salah Memilih Sahabat
Penyesalan seperti ini terjadi ketika seseorang di akhirat melihat sahabat karibnya menelantarkan dirinya dan tidak berdaya membelanya di sisi Allah. Saat-saat ngobrol, canda dan tawa, begadang, pesta pora di meja judi dan minum-minuman keras waktu di dunia. Mereka semua tidak dapat menyelamatkan diri dari kondisi yang ia hadapi nanti di akhirat. Walaupun ketika di dunia mereka saling tolong menolong, dalam perbuatan dosa. Ia lihat penghuni neraka yang paling ringan siksanya ialah orang yang dua bara diletakkan di atas telapak kakinya, lalu otaknya mendidih. Penghuni neraka itu mengira tidak ada orang yang lebih berat siksanya dari dirinya. Padahal, ia penghuni yang paling ringan siksanya. Saat itulah…
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً {27}
يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلاَنًا خَلِيلاً {28}
لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإِنسَانِ خَذُولاً {29}
“Dan ingatlah hari ketika orang yang zalim itu menggigit kedua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya aku mengambil jalan yang lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan menjadi teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari al-Qur’an ketika telah datang kepadaku. Dan syetan itu tidak akan menolong manusia.”
Ditafsirkan bahwa: “Ia tidak hanya menggigit satu tangan tetapi menggigit kedua tanganya secara bergantian atau menggigit kedua tangannya sekaligus karena begitu beratnya penyesalan itu. Hal itu adalah gerakan yang menggambarkan kondisi kejiwaan yang terlihat nyata. Dan itulah akibat karena bersahabat dengan teman-teman yang jahat dan memusuhi orang-orang yang shaleh di dunia”. (Sayyid Quttub)
3. Penyesalan Saat Amal Diperlihatkan
Ketika buku catatan amal perbuatan dibagikan dan manusia melihat seluruh perbuatannya, tiba-tiba pelaku maksiat terkejut bukan kepalang, saat melihat isi buku itu. Ternyata, buku itu menulis semua kata yang ia ucapkan puluhan tahun yang silam dan merekam seluruh perbuatan maksiat yang ia kerjakan di balik pintu kokoh dan kegelapan malam. Saat itu, Ia berteriak dengan penuh penyesalan.
مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَيُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلاَكَبِيرَةً إِلآ أَحْصَاهَا
“Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.” [QS. Al-Kahfi (18): 49]
Ia lupa kalau ia disertai malaikat yang selalu mencatat kemaksiatan dan kebaikan walaupun sebesar dzarrah. Ia berharap mati saja daripada melihat konsekuensi siksa yang sudah menanti. Ia pun ingat bahwa ternyata harta, jabatan dan kekuasaan yang ia kira bermanfaat baginya, semua itu sama sekali tidak berguna baginya saat sekarang. Sekarang yang bisa menyelamatkannya ini hanyalah amal sholeh dan rahmat Allah:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَالَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ {25} وَلَمْ أَدْرِ مَاحِسَابِيَهْ {26} يَالَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ {27} مَآأَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ {28} هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ {29}
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:”Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku”. (QS. Al Haaqqah [69]: 29).
Di dunia dulu ia ingin hidup selama mungkin, sekarang di akhirat kita lihat dia ingin mati saja. Bentuk-bentuk penyesalan pada saat itu beragam. Setiap kali pelaku maksiat melihat satu bentuk siksaan, maka ia akan ingat waktu yang dulu ia sia-siakan yang ia tidak gunakan untuk ta’at kepada Allah serta beribadah kepada-Nya.
4. Penyesalan saat Neraka di datangkan
Rasulullan sholallohu ‘alaihi wa sallama bersabda; “Ketika itu neraka akan didatangkan dengan tujuh puluh ribu tali kekang. Dan pada setiap tali kekangnya terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang menariknya. (HR. Muslim).
Ia akan mendengar dengusan nafas dan kemarahan neraka Jahannam saat berteriak dengan teriakkan menakutkan; “Apakah masih ada tambahan untukku? Apakah masih ada tambahan untuk penghuniku?”. Ketika itu pelaku maksiat ingat saat-saat berlaku maksiat, malas, dan menunda-nunda amal shaleh, menipu Allah dengan tobat palsu, dan waktu –waktu yang hilang dengan sia-sia. Tapi..sekali lagi nostalgia kenangan itu tidak ada gunanya. Saat itulah ia akan berkata; “Alangkah baiknya kiranya aku dulu mengerjakan amal shaleh untuk hidupku ini”. Kita lihat terdapat kesedihan yang mendalam di balik harapan itu, dan inilah kondisi yang paling menyakitkan yang dirasakan seseorang di akhirat kelak.
5. Penyesalan Saat Berdiri di Neraka
Allah berfirman:
وَلَوْ تَرَىإِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَالَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَنُكَذِّبُ بِئَايَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata:”Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”. (tentulah kami melihat suatu peristiwa yang mengharukan).” [QS. Al-An’am (6): 27]
Sungguh aneh, ketika di akhirat orang-orang itu berkata, “Wahai seandainya kami menjadi orang-orang beriman.” Padahal, mereka dahulu memerangi para pendakwah islam, pendakwah kalimat tauhid dan melecehkan siapa saja yang mengajak kepadanya. Kenapa kini, di akhirat, mereka berharap ingin menjadi orang-orang beriman? Kenapa itu baru terlontar sekarang dan tidak di dunia dahulu? Itulah kemunafikan yang menempel pada mereka, kendati mereka berdiri di depan neraka menyaksikan kedahsyatannya.
Selanjutnya bentuk penyesalan yang akan kita alami, apabila kita tidak menggunakan waktu dengan ketaatan kepada Allah adalah
6. Penyesalan Setelah Dilempar ke Neraka
Allah berfirman:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَآ أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ وَقَالُوا رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ رَبَّنَآ ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: ’Alangkah baiknya, andaikata kami ta’at kepada Allah dan ta’at (pula) kepada Rasul dan mereka berkata: “Ya Rabb Kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. [QS. Al-Ahzab (33): 66-68].
Ibnu Katsir berkata; “Maksudnya mereka di seret di neraka dengan kepala terbalik dan wajah mereka di bolak-balikkan di Jahannam. Dan mereka berharap di kembalikan ke dunia, agar mereka akan bersama orang-orang yang taat.
Sekarang mereka baru tahu, ternyata jalan yang dahulu mereka tempuh adalah jalan yang salah, sebab mereka mengikuti tokoh-tokoh mereka yang berjalan di jalan setan, jalan yang bertentangan dengan jalan Islam, jalan al-Qur’an, jalan sunnah Rasulullah . Nanti di akhirat, mereka berani mengutuk pemimpin-pemimpin mereka dan bicara kepada mereka dengan bahasa lantang, sebelumnya di dunia mereka hidup sebagai pengecut, hina tidak berani mengatakan kebenaran dan tidak punya nyali menolak kemungkaran, walaupun dia tahu bahwa semua itu jelas-jelas bukan jejak dan perilaku Rasulullah dan orang –orang yang beliau muliakan. Setelah mereka dilemparkan ke neraka dan merasakan siksanya, perasaan mereka yang tadinya membeku itu hidup kembali dan mereka menyesal kenapa tidak mengikuti jalan Allah dan Rasul-Nya sholallohu ‘alaihi wa sallama . Tapi, waktu untuk itu, sudah tidak ada lagi, karena di dunia inilah semua ujian itu harus dihadapi dan disikapi, bukan di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar